Free Books Corat-Coret di Toilet Online Download
Specify Books In Pursuance Of Corat-Coret di Toilet
Original Title: | Corat Coret di Toilet |
ISBN: | 6020303861 (ISBN13: 9786020303864) |
Edition Language: | Indonesian |
Eka Kurniawan
Paperback | Pages: 132 pages Rating: 3.7 | 1251 Users | 238 Reviews
Rendition As Books Corat-Coret di Toilet
Eka Kurniawan memang bukan penulis sembarangan dan asal jadi. Cerpen maupun novel sama-sama keren. Novelnya Cantik Itu Luka sukses membuatku mabok, nggak kuat. Sedang cerpen-cerpennya menurutku punya gaya sendiri, ada lucu, ada satire, juga ada kejutan di akhirnya yang kadang kita nggak selesai tertawa.Aku masih ingat cerpen dengan judul Gerimis Yang Sederhana, CMIIW, dengan seting china town di USA, sepasang kekasih yang ingin melamar tetapi cincinnya justru ikut dikasihkan bersama receh untuk pengemis depan restoran. Benar-benar konyol dan lucu. Finally, bisa baca Corat-coret di Toilet yang entah mengapa bertepatan dengan hari pemilu kali ini. Endorsement di sampul depan maupun belakang bikin merinding euuy! Eka meski bukan "banci" cerpen, yang saban pekan tampil di lembar sastra koran, tetapi diperhitungkan oleh banyak sastrawan dunia. Wow! Cerpen pembuka Peter Pan justru lucu. Cerpen ini mengingatkanku kepada seseorang senior di organisasi kampus, yang akhirnya tidak bisa menyelesaikan kuliah karena ueforia peristiwa 98 yang sempat menggegerkan kampus UGM. Konon ABRI hingga masuk boulevard dan menjarah gelanggang (fyi: tempat aktivitas mahasiswa). Atau mungkin saja Eka Kurniawan sedang menceritakan pengalamannya itu, karena Eka Kurniawan alumni UGM dan aku merasa Eka Kurniawan pasti mengalami/menyaksikan peristiwa itu. Seorang aktivis mahasiswa, dinamakan Peter Pan, karena ia tidak mau lekas lulus dan ingin disebut anak kecil melulu. Tetapi akhirnya menghilang entah kemana. Masih ingat penculikan aktivis 98 kan? Yaps! Cerpen ini juga satire. Menyindir kediktatoran Soeharto. Coba tengok: Negara sudah di ambang bangkrut karena utang luar negeri dan sang diktator sudah terlalu lama berkuasa, menutup kesempatan kerja bagi yang mempunyai bakat kerja sebagai presiden. Atau Senyumnya yang sering muncul di televisi dan tercetak di uang kertas sudah mulai menyebalkan. Dan Penjahat besar paling keji bengis kotor dan bau neraka memang susah dikalahkan dan susah mati. Andai Eka Kurniawan menulis ini sebelum masa reformasi, tentu bakal AMANKEN!. Lalu kisah Dongeng Sebelum Bercinta membawa aroma perlawanan dari sisi lain. Alamanda (mengingatkanku pada gang di Jalan gejayan, jangan-jangan gang kecil itu punya kenangan bagi Eka Kurniawan), melawan orang tuanya atas perjodohan. Akhirnya diamenikah dengan sepupunya sendiri, dengan syarat tidak akan berkelamin sebelum selesai mendengarkan dongeng Alice and Woderland. Pada bagian ini aku jadi teringat Kisah 1001 Malam, dan ternyata Eka menyitirnya di bagian-bagian akhir kau bukan Syahrazad yang pandai membual. Ternyata itu dilakukan Alamanda untuk menutupi ketidakperawanannya. Eka Kurniawan juga asyik mengamati fenomena kakus. Meski di UGM sudah tidak ditemui kakus dipenuhi coretan, tetapi hal lumrah di tempat umum kakus dengan coretan macm-macam. Anehnya justru saling berbalas nulis komentar. Mulai dari reeformasi, ke revolusi, ke kencan, ke makian, ke PKI, dan endingnya yang menyindir para anggota dewan Aku tidak Percaya bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet karena dinding toilet mampu mendengarkan kelih-kesah mahasiswa diabnding anggota dewan yang takluk-mantuk sama pemimpin Era Soeharto. Dari ketiganya Eka seperti bercanda dalam cerpennya. Meski hawa protes dan satire kerasa sampai ubun-ubun. Tetapi tetap ada kelucuan dan bikin perut sakit tak berhenti tertawa. Terlebih Teman Kencan, mengisahkan mahasiswa aktivis yang selepas reformasi merasakan kegagalan dalam hidup. Kuliah berntakan, jauh dari keluarga, dan ditinggal AYU, kekasihnya. Malam minggu dia ingin mencari teman kencan, telpon sana, telpon sini. Semua tidak mau, Akhirnya Ayu, kekasih lamanya, menawari main ke pondokan baru. Dan ternyata, justru si aktivis mahasiswa itu dipukul telak pakai gada Werkudara, si Ayu sudah menikah dan sedang hamil. WOW!!!! Haahaa pengen puk-puk si tokoh aku dan bilang: "Gadis manis bukan Ayu seorang!" Rayuan Dusta untuk Marietje, berkisah tentang lelaki Belanda yang hijrah ke Hindia Belanda demi masa depan gemilang. Tetapi karena tanpa bekal ketrampilan dan kecerdasan, sekadar bualan bohong, si laki-laki hanya jadi penjaga rendah, Dan itu memisahkan dengan kekasihnya Marietje. Dengan rayuan gombal, dia berhasil membujuk kekasihnya hijrah juga ke Hindia Belanda. Ada beberapa pertanyaan, karena si tokoh aku yang seharusnya Belanda tulen menyebut beberapa istilah yang hanya disebut orang Indonesia, misal bujang lapuk dan menyebut kekasihnya sebagai wanita bule? Meski tidak menganggu. Mungkin ini pengIndonesian watak dan pola pikir orang Belanda. Eka Kurniawan juga menyajikan perlawanan-perlawanan. Ini mengingatkan kita pada tulisan-tulisan Pramoedya, yang di semua tulisannya beraroma perlawanan kaum tertindas terhadap kaum yang menindas. Di cerpen Hikayat Si Orang Gila, yang berpusat pada tokoh si Orang Gila yang bernasib agak buruk, kelaparan dan akhirnya mati di tengah kisruh oleh prajurit (red:tentara). Mungkinkah ini berkorelasi dengan kasus pembersihan gepeng di berbagai kota besar? Perlawanan dalam bentuk lain, yaitu perlawanan Si Cantik dalam cerpen Si Cantik Yang Tak Boleh Keluar Malam. Si Cantik memberontak karena dikekang oleh orang tuanya, tetapi justru perlawanan itu membawanya bernasib buruk. Hampir serupa dilakukan oleh penjual bunga yang terus saja mengirimi bunga kepada Kontrolir Henri, dalam Siapa Kirim Aku Bunga?. Si gadis penjual bunga melakukan teror bawah sadar kepada si Henri yang ternyata telah memenjarakan kedua orang tuanya. Bunga mawar merah sebagai lambang cinta dipergunakan untuk melakukan teror bahwa si Henri tidak pernah tersapu cinta. Yaa bengis dan kejam menutupi rasa lembut manusia. Hal senada juga dilakukan untuk melakukan perlawanan terhadap kemajuan kota yang seperti dielu-elukan. Dalam Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti, kemajuan kota hanya diusik oleh si kecil yang mencuri roti. Apakah ini bukan perlambang yang menairk? Bagaimana mungkin kota dengan kemajuan gedung-gedung yang semakin menyentuh langit, tiba-tiba kacau oleh tingkah bocah cilik pencuri roti. Andai dikaitkan, apakah bandit kecil ini adalah tokoh-tokoh aktivis mahasiswa? Negara besar ternyata runtuh gara-gara "bandt-bandit kecil" yang bertebaran di kampus-kampus di negeri ini. HIDUP MAHASISWA!!! Rasa sosialisme seperti pnya Pram, sangat kentara di Kisah dari Seorang Kawan. Penjual beras yang gigih bertahan dan rela dipenajra demi musnahnya kapitalisme. ahhh jadi ingat-ingat tulisan Pramoedya. Tetapi Eka Kurniawan juga pandai bermelodramatik dalam cerpen Dewi Amor. TOkoh aku yang mencintai Laura ternyata hanya bertemu dengan kesialan dalam romantisme asmara. Laura memilih lelaki lain. Dunia serasa sebuah puisi dan aku diselubungi kata-kata penuh kerinduan(h.97). Dan endingnya adalah Kandang Babi. Aku suka. Pertama cerpen ini bersetting kampus yang sepertinya aku kenal. Fakultas Peternakan UGM dan Filsafat. Kisah si aktivis mahasiswa yang tinggal di gudang yang disebut 'kandang babi'. Tetapi ternyata pihak kampus menutup gudang itu. akhirnya dia luntang-luntung.DI akhir, tkoh aku justru benar-benar memakai gudang itu sebagai kandang babi, karena ia mabok-mabok dan judi mirip babi di gudang itu. Jadi siapa yang babi? AKU SUKA!!! Menunggu novel Eka Kurniawan yang akan lekas datang, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Covernya menarik!!! SUNGKEM
Particularize Of Books Corat-Coret di Toilet
Title | : | Corat-Coret di Toilet |
Author | : | Eka Kurniawan |
Book Format | : | Paperback |
Book Edition | : | First Edition |
Pages | : | Pages: 132 pages |
Published | : | February 4th 2014 by Gramedia Pustaka Utama (first published 2000) |
Categories | : | Short Stories. Fiction. Asian Literature. Indonesian Literature |
Rating Of Books Corat-Coret di Toilet
Ratings: 3.7 From 1251 Users | 238 ReviewsAssess Of Books Corat-Coret di Toilet
Membaca kumpulan cerpen ini, saya membayangkan Eka Kurniawan muda, seorang pemuda kritis dengan ide-ide liar yang luar biasa. Sedikit berbeda dengan novel-novelnya yang menurut saya begitu matang, utuh, dan terencana dengan seksama, cerpen-cerpen di buku ini menurut saya masih menyisakan ruang untuk tendangan-tendangan tak terduga khas Eka Kurniawan. Ide-idenya sangat menarik, tetapi teknik penceritaannya masih terlalu 'normal' untuk seorang Eka Kurniawan, masih dipenuhi narasi dan deskripsi,Karya Eka yg pertama kali saya baca. Gak salah pilih. Eka muda ceritanya asik dan nagih buat baca karya eka yang lainnya. Suka sama humor gelap, humor bikin mikir, satire nya semua cerita yang Eka buat, dan jangan berekspektasi atas akhir ceritanya bakal gimana karena itu sungguh di luar dugaan, serta jangan gampang nelen intisari dari cerita dengan gitu aja.Cerita yang saya suka itu Siapa Kirim Aku Bunga dan Edi Idiot.
Membaca karya Eka Kurniawan yang satu ini agaknya (kok) tidak berasa istimewa. Cerpen-cerpen di sini dibuat sebelum novel Cantik Itu Luka (barangkali). Berikut beberapa karya yang baik dalam kumcer ini:1. Corat-coret di Toilet (bikin mikir)2. Teman Kencan (bikin tertawa)Tetapi di tiga cerpen lain saya juga berkesempatan bernostalgia (seharusnya saya baca kumcer ini dulu sebelum baca Cantik Itu Luka); dalam Dongeng Sebelum Bercinta saya mengingat Alamanda, dalam Si Cantik yang Tak Boleh Keluar

tidak banyak penulis seperti eka kurniawan: lucu, segar dan tidak terbawa suasana melodramatik. cerita-cerita di dalam buku ini dituturkan dengan gaya komikal, terutama dalam segi adegan. ide yang diangkat cukup beragam, dari kehidupan mahasiswa, kisah cinta hingga politik dan sosial, membuat buku ini cukup kaya dan tidak membosankan untuk dinikmati.sayangnya, di sebagian besar cerpen, eksekusi ending yang eka buat kurang enak (emangnya kue :p)
Buku ini memuat 12 judul cerpen yang ditulis selama periode tahun 1999-2000. Corat-coret di Toilet kali pertama terbit sekitar tahun 2000 oleh Yayasan Aksara Indonesia berisi sepuluh cerpen, kemudian diterbitkan ulang oleh Gramedia pada tahun 2014 dengan menambah dua cerpen lagi. Cerpen-cerpen tersebut adalah Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk Marietje, Hikayat Si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku Bunga?,
Ketika ditanya untuk apa Eka membuat Corat-Coret di Toilet, dengan kurangajarnya ia menjawab "Dulu memang saya ingin sok keren aja." Entah dulu ia menulis karena bosan luntang-lantung setelah kelulusannya atau memang sudah merencanakannya sejak lama, saya tak bisa mengelak bahwa cerpen-cerpen dengan tokoh bengisnya itu membuat saya berangan-angan meninggalkan waktu sekarang. Masa bodoh dengan kondisi yang kian makmur. Saya justru ingin menukarnya dengan antrian di telepon umum, menulis surat
"Oh cinta, betapa ia bisa membuat orang melakukan apa saja, bahkan membuatnya gila sekalipun." Kutipan itu menjadi kalimat penutup dari cerpen "Dewi Amor" dalam antologi ini. Itu bukan cerita yang paling berkesan, hanya saja kata-kata itu agak mengingatkan dengan kutipan dari salah, satu penyair Spanyol, Pedro Calderon: "If it's not mad, then it's not love". Untuk kedua ucapan itu, saya memang cukup sepakat. Namun sebenarnya, kumpulan cerpen ini tidak kebanyakan bercerita tentang hubungan asmara
0 Comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.